Monday, June 15, 2009

ketika sang hamba mulai solat..

Berawal dan wudhu

Apakah wudhu hanya sekadar untuk membersihkan badan dari luar? Tidak. Demi Allah, tujuan wudhu nii adalah kesucian luar dan dalam sekaligus. Lewat sebuah hadits Rasulullah ~ bersabda, "Jika seorang hamba berwudhu, maka ketika berkumur dosa-dosanya akan keluar dan mulut; lalu ketika membasuh muka, dosa-dosanya akan keluar dan pelupuk mata; kemudian ketika ia membasuh tangannya, maka dosa- dosa pun akan keluar dan tangannya, bahkan sampai juga dan bagian dalam kuku-kukunya. Ketika ia mengusap kepala, maka dosa-dosanya akan keluar dan kepala bahkan dan bawah telinganya. Dan ketika ia membasuh kakinya, maka dosa-dosanya juga akan keluar dan kaki dan bahkan kuku-kuku kakinya." (HR. An-Nasa'i dan Ibnu Majah).

AllahuAkbar! Alangkah indahnya wudhu. Ia menjadi pensucian lahir batin. Pernahkah Anda berwudhu dengan niat semacam ni sebelumnya? Saya rasa mulai saat ni Anda akan berwudhu dengan pendalaman yang baru. Ya, betapa perlunya kita berwudhu dengan nilai-nilai di atas.

Menutup aurat
Kenakan pakaian untuk menutup Anda. Aurat laki-kali adalah dan lutut sampai pusar, dan wanita menutup seluruh tubuh dan rambutnya. Tapi tak selayaknya Anda hanya menutup aurat secara zhahir saja, kemudian Anda biarkan aurat batin Anda terbuka. Paharnkah Anda yang saya maksudkan? Mari beristighfarlah kepada Allah, sebab aurat Anda amat sangat banyak, kemaksiatan dan dosa-dosa Anda yang terbuka. Tutupilah ia

sebagaimana Anda menutupi aurat yang zhahir!

Shalat


Menghadap kiblat

Sekarang Anda akan mengarahkan wajah Anda ke arab kiblat agar shalat Anda diterima. Tapi saya ingin menegur sedikit, "Apakah Anda mengarahkan wajah ke kiblat sementara hati Anda tertutup?" Apakah Anda menatap kiblat ni hanya dengan wajah, bukan dengan hati? Apakah wajah Anda menghadap kiblat sementara hati Anda tengah berpaling?

Ingatlah makna mi baik-baik ketika Anda menghadap kiblat. Berusahalah untuk rnengarahkan pandangan hati Anda serta perbaikilah pengertian dan pemahaman Anda.

Niat dan takbir

Kini, lakukan niat... . Tapi ingat, Anda berniat mengerjakan shalat ataukah mendirikannya? Sekarang, setelah Anda berniat mendirikan shalat—di dalam hati—silakan bertakbir dengan mengatakan "Allahu Akbar!" dan camkan, Allah merupakan saksi atas kejujuran dan kebohongan hati Anda. Jangan sampai Anda mengucapkan "Allah Mahabesar" dengan lidah sementara hati Anda mengatakan, "Pertandingan bola lebih besar! Isterikulah yang paling besar! Filmlah yang paling besar!" Allah Maha Besar dibanding dunia dan seisinya. Oleh karena itulah ucapan takbir selalu diulang-ulang di dalam shalat. Mari lupakan dunia dengan segala isinya! Alldhu Akbar! Anda telah melepas alas kaki Anda, kan? Lepaskan juga dunia dan hanya Allah yang Mahabesar. lepaskanlah dunia sepenuhnya... msa ni jelaa kite nk lupakan dunia..msa2 lain asyk kna pk dunia je...

ketika di hadapan Sang Maha raja..

rasakanlah ini dan rasakan betapa lemahnya anda di saat anda berhadapan dgn Allah. dgn menundukkan wajah ke lantai..seorg mnusia akn berada dlm posisi ini dua kali : pertama ketika solat dan kedua ketika hari kiamat.Fiman Allah : "(yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Rabb semesta alam."(Al Muthaffifin: 6)

Perhatikan sopan santun dalam posisi tersebut. Tangan kanan Anda memegang tangan kiri dan bersedekap, sungguh sebuah sopan santun yang amat tinggi.

Wahai hati yang hina, apakah saat ini Allah tengah melihatmu tapi engkau justru memperhatikan yang lain? Apakah engkau telah menemukan sesembahan lain yang lebih baik daripada Allah? Apakah engkau tengah melihat yang lebih baik daripada Allah?!

Al-Fatihah I

Usai membaca doa iftitah, bacalah surat A1-Fatihah. Allah SWT. berfirman dalam sebuah Hadits Qudsi, "Aku membagi shalat menjadi dua bahagian untuk Aku dengan hamba-Ku." Ketika ia mengucapkan "A!hamdu!illâhi Rabbi! 'ãlamin", maka Allah pun berfirman, "Hamba-Ku telah memujiku." Lalu ketika ia mengucapkan '~Ar-Rahmânir-RahIm", Al- lah pun memfIrmankan, "Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku". Dan tatkala ia mengucap "Mâliki yaumiddin", Allah berfirman, "Hambaku telah memuja-Ku" [Karenanya, di antara bacaan ayat-ayat ini sebaiknya kita berhenti sejenak, untuk meresapi "jawaban" Allah atas ayat yang kita lantunkani.

Ketika ia mengucap, "Iyyaka na'budu wa iyyâka nasta'in", Allah menjawab, "Inilah perjanjian antara Aku dan hamba-Ku." Ketika si hamba mengatakan, "Ihdinash sirotol mustaqim, shiratalladzina an 'amta alaihiin ghairil maghdhübi 'alaihim waladdhallinn," Allah menjawab, "Inilah perjanjian antara Aku dan hamba-Ku. Akan Kupenuhi yang ia minta." (HR. Muslim dan At-Turmudzi) Saya minta satu hal kepada Anda... ketika Anda membaca A1-Fatihah bacalah seperti ini ketika Anda mengucapkan "Alhamdulillahi Rabbi! 'â!amIn", berhentilah barang sejenak dan rasakan kebahagiaan atas apa yang Allah firmankan.

Alangkah gembira hati Anda dan alangkah bahagianya jiwa Anda saat Dia berfirman, "Hamba-Ku... ". Demi Allah, kalaulah bukan karena hambatan kemaksiatan, pasti hati mi akan terbang kegirangan lantaran mendengar kata-kata mi. Rasakan nikmat Allah di saat Anda membaca "Mâliki yaumiddIn". Rasakan kekuatan dan kekuasaan-Nya ketika Anda membaca "Rabbil 'ãlamin". Rasakan kasih sayang-Nya di saat Anda membaca "Arrahmânirrahim". Dan sekarang berdoalah kepada-Nya dengan membaca "Ihdinash-shirâtol mustaqim". Selanjutnya ucapkan "âmin" dengan hati yang tenang, sebab para malaikat sedang mengucapkan hal yang sama bersama Anda. Rasulullah ~ bersabda, "Barangsiapa yang ucapan âmIn-nya bersamaan dengan ucapan âmin-nya para malaikat, maka Allah akan memberikan ampunan kepadanya" (HR. Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Turmidzi,dan An- Nasa'i). Kemudian bacalah beberapa ayat Al-Quran yang mudah. Dalam membaca Al-Quran, manusia terbagi menjadi tiga kelompok:

Yang pertama, Iidahnya bergerak, namun hatinya lalai.

Yang kedua, lidahnya bergerak, dan hatinya mendengar sebagaimana ia mendengar bacaan orang lain. ini merupakan tingkatan para Ashabul Yamin (golongan kanan).

Yang ketiga, hatinya merasakan makna-makna sebelum lidahnya bergerak. Misalnya ketika akan membaca surat Qâf, hatinya telah sampai pada makna ayat berikut:

"(Dan ingatlah akan) hari (yang pada han itu) Kami bertanya kepadaJahannam: Apakah kamu sudah penuh? Dia menjawab: Masih adakah tambahan?" (Qaf :30)

ia telah berinteraksi dengan ayat itu sebelum Imam atau ia sendiri mulai membacanya. ini merupakan tingkatan tertinggi dalam membaca Al-Quran. Untuk bisa menggapai tingkatan ini ada tiga hal yang harus dilakukan: Pertama, menghafal Al-Quran sebisa mungkin; kedua, memahami apa yang dihafal; dan ketiga, mensucikan hati dan dosa dan maksiat.

Marilah mulai sekarang Anda mulai menghafal juz ketiga puluh, dan baca juga tafsirnya. Cubalab berusaha dan jangan tergesa-gesa, sebab ilmu itu diraih dengan belajar, dan kesabaran itu diraih dengan ketabahan.

Rukuk dan sujud

Allâhu Akbar!

Jangan sampai Anda mulai melalaikan diri. Kini rukuklah dan tundukkan punggung Anda. Biarkan juga hati Anda ikut tunduk bersamanya. Rasakanlah ketundukan itu, dan bertasbihlah kepada Allah dari tempat tersebut, tepat di mana Anda tunduk dan menghiba, tersinar oleh keagungan dan kebesaran Allah. Kemudian angkat punggung Anda untuk i'tidal dan pujilah Allah yang telah menjadikan tulang punggung Anda kembali tegak. Selanjutnya, persiapkan din Anda untuk kembali menuju fitrah penciptaan. Ya, bersiaplah untuk melakukan sujud dengan mengingat bahwa Anda tercipta dan tanah. Hal yang paling berharga dan Anda adalah wajah. Dan yang paling rendah di alam ini adalah tanah. Maka rasakanlah kehinaan, kerendahan, dan ketundukan itu ketika Anda berada di tempat yang paling rendah ini. Pujilah Dzat Yang Mahatinggi, dan perbanyak membaca doa, sebab Anda tengah berada sangat dekat dengan Allah.


Satu sujud tidaklah cukup
Selanjutnya Anda duduk selepas sujud pertama. Camkan satu kali sujud tidaklah cukup untuk menunjukkan ketundukan yang kuat. Ada kaitan menakjubkan antara hadits: "Posisi yang paling dekat bagi hamba dengan Rabbnya adalah ketika ia bersujud." dengan fakta material yang menyatakan bahwa "ketundukan adalah ketika engkau menaruh wajahmu di atas tanah."

Tasyahud dan kandungan maknanya

Kemudian Anda memulai duduk tasyahud sebelum berucap salam. Anda bertahiyat dan mengucap shalawat untuk Rasulullah ~ dan bagi para hamba yang shalih. Lalu Anda mengangkat jan telunjuk seraya mengucap 'asyhadu allã ilâha illallâhu wahdahu lâ syarikalah, wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu wa rasüluh" ("aku bersaksi bahwa tiada sesembahan selain Allah yang tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah hamba serta utusan Allah". Syahadah atau persaksian ini tentu saja mengandung makna melihat dan menyaksikan secara langsung, sebagaimana misalnya Anda menyatakan kepada Hakim dalam sebuah persidangan,"Si Fulan telah mencuri atau membunuh." Sang Hakim akan bertanya kepada Anda, "Apakah Anda telah melihatnya?", dan Anda pun menjawab, "Ya." Selanjutnya Anda pun bersumpah atas itu.

Anda bersumpah dan bersaksi bahwa tiada sesembahan bagi Anda selain Allah. Apakah Anda telah melihat hal itu? Ya, saya betul-betul yakin tiada sesembahan yang haq selain Allah, persis seyakin orang yang melihatnya secara langsung. Tapi kenapa harus dengan jari telunjuk?

Ketahuilah, kesaksian itu dilakukan dengan dua anggota badan, yaitu lidah dan tangan. Kesaksian dengan lidah yang telah Anda lakukan. Demikian pula jari yang paling banyak memegang pena adalah jari telunjuk, jadi seolah-olah Anda sedang menulis dengan tangan Anda, tiada sesembahan yang haq selain Allah.

Kemudian Anda mengingat Nabi Muhammad serta ahli bait beliau dan Anda pun membacakan shalawat untuk beliau. Anda juga mengingat kaitan Anda dengan Nabi Ibrahim ~ Ya, Anda bukanlah orang yang berafiliasi ke budaya Barat atau budaya lainnya, namun Anda tengah berafiliasi kepada ajaran Islam.

Selanjutnya, ucapkanlah salam ke kanan untuk malaikat kanan, dan ikuti dengan mengucapkannya ke kiri untuk malaikat kiri.

Seolah-olah Anda sedang mengadakan perundingan dengan malaikat kanan dan malaikat kiri. Untuk yang pertama Anda seolah mengatakan kepadanya agar mencatat segala kebaikan dan pahala, sedang untuk yang kedua agar tidak mencatat kejelekan dan dosa Anda.

Inilah makna-makna terselubung yang saya harap bisa Anda fikir dan renungkan. Kemudian, Anda beristighfar kepada Allah atas segala kekurangan yang Anda lakukan selama mengerjakan shalat.


Dan terakhir

Akan saya nukilkan kata-kata yang tidak diucapkan oleh seorang muslim, namun diucap oleh seorang rahib dalam cerita "Dua Yamamah" dan buku Wahyul Qalam karya Ar-Rafi'i: "Ketika mereka berteriak 'Allah Akbar!' hati Maria bergetar, dan ia pun bertanya pada rahib Shata, "Apa gerangan yang mereka katakan?" Rahib itu menjawab, "Kalimat ini adalah pembuka sembahyang (shalat) mereka. Seolah-olah dengan kalimat itu mereka berbicara kepada zaman bahwa mereka saat ini berada dalam waktu yang tidak terdapat dalam zaman dan tidak juga dalam dunia. Seakan mereka berada di hadapan Dzat Yang Maha Agung. Sebab begitu mereka mengumandangkan seruan mereka, mereka pun melepas ikatan waktu dan ambisi zaman. Itulah saat mereka memulai sembahyang mereka. Seolah-olah mereka tengah menghapus dunia dan jiwa mereka sesaat atau beberapa saat. Penghapusan dunia dan jiwa mereka adalah keunggulan mereka atas dunia... Perhatikanlah, Maria, bukankah kamu melihat kalimat ini telah benar- benar menyihir mereka. Mereka tidak lagi menoleh ke mana pun ketika mereka shalat. Mereka telah diselimuti oleh ketenangan. Mereka pun telah berpulang tidak sebagaimana sebelumnya. Mereka penuh khusyuk seperti khusyuknya filosof terbesar ketika ia merenung." Saudaraku yang mulia... ini merupakan pandangan orang lain terhadap kita umat Islam. Apakah kita akan menepati pandangan mereka, ataukah kita justeru tengah menipu. Sebenarnya kita tidak sedang menipu siapapun, namun kita tengah menipu din sendiri. Demi Allah, kata-kata rahib di atas betul-betul perlu dipikir dan direnungkan. Bukankah demikian, saudaraku? Lantas, apa lagi yang Anda tunggu?

No comments:

Post a Comment

Follow us for more tips :)